Sebenarnya
Sebenarnya,
Sengaja ku tutup rapat pintu penantianmu
Biarkan menunggu dibalik selongsong kosong
Karena ku yakinkan bila berhadapan dengan cerita mu
Peluru perlahan menjuru buru jiwa ku yang kosong
Terlalu sakit bukan?
Ini amat pedih
Bahkan buat ku letih
Karena bukan sebutir obat yang sanggup
Bukan juga sesuntik pereda yang cukup
Skema dan rencana mu bersamanya
Buat hati ini semakin menghunus tandus
Kawan.
Bila kau buka tirai lusuh gerbang hatiku
Kau kan temukan ruang porak-poranda
Garis-garis sayatan luka arti perasaan ku
Serta bercak merah pekat dinding ternoda
Semua akibat cinta mu dengannya
Yang semakin kuat tanpa ku tanya
Bersimpuh aku dengan bayangmu
Mengharap maaf dari mu atas diriku
Yang masih saja belum relakan kamu
Relakan kamu bersama impianku
Sebenarnya,
Rasa ini masih menjamur
Dibalik kelusuhan hati berlumpur
Bagi ku ia tak bisa luntur
Karena ia bagai sang timur
Sebenarnya,
Aku yakin
Dia dan aku
Semakin
Meski kaku
Tetapi masih
bersikukuh kasih
Dalam satu
Rasa itu
Kami saling
Cinta.
Sengaja ku tutup rapat pintu penantianmu
Biarkan menunggu dibalik selongsong kosong
Karena ku yakinkan bila berhadapan dengan cerita mu
Peluru perlahan menjuru buru jiwa ku yang kosong
Terlalu sakit bukan?
Ini amat pedih
Bahkan buat ku letih
Karena bukan sebutir obat yang sanggup
Bukan juga sesuntik pereda yang cukup
Skema dan rencana mu bersamanya
Buat hati ini semakin menghunus tandus
Kawan.
Bila kau buka tirai lusuh gerbang hatiku
Kau kan temukan ruang porak-poranda
Garis-garis sayatan luka arti perasaan ku
Serta bercak merah pekat dinding ternoda
Semua akibat cinta mu dengannya
Yang semakin kuat tanpa ku tanya
Bersimpuh aku dengan bayangmu
Mengharap maaf dari mu atas diriku
Yang masih saja belum relakan kamu
Relakan kamu bersama impianku
Sebenarnya,
Rasa ini masih menjamur
Dibalik kelusuhan hati berlumpur
Bagi ku ia tak bisa luntur
Karena ia bagai sang timur
Sebenarnya,
Aku yakin
Dia dan aku
Semakin
Meski kaku
Tetapi masih
bersikukuh kasih
Dalam satu
Rasa itu
Kami saling
Cinta.
Komentar
Posting Komentar